Tahun-Tahun Terakhir Nabi
Tak ada perang di Tabuk.
Darah tidak ditumpahkan. Namun ekspedisi itu telah meninggalkan kesan mendalam
di seluruh jazirah Arab. Keengganan Romawi untuk menghadapi tentara Muslim
menjadikan pasukan Nabi Muhammad saw sebagai satu-satunya kekuatan nyata di
jazirah itu. "Romawi telah mengalahkan Persia. Mereka telah merebut
kembali Salib Besar dan membawanya balik ke Yerusalem. Tapi Romawi takut pada
tentara Nabi Muhammad saw." Demikian yang ada di benak kabilah-kabilah.
Maka, setelah ekspedisi Tabuk, kabilah demi kabilah berdatangan ke
Madinah. Mereka menjumpai Nabi Muhammad saw buat mengucapkan dua kalimat
syahadat. Demikian juga tokoh-tokoh perorangan. Di antaranya adalah Urwa bin Mas'ud,
tokoh masyarakat Thaqif. Ketika masyarakatnya bertempur di Hunain dan Ta'if
melawan pasukan Rasul, Urwa sedang berada di Yaman. Ia menyesali sikap
masyarakatnya yang menolak Islam. Maka, sepulang dari Yaman, Urwa segera
menemui Rasul.
Usai itu, Urwa pamit untuk pulang ke Ta'if. Ia berjanji akan
membawa masyarakatnya untuk mengikuti jalan Allah. Rasul sempat mengingatkan
Urwa agar berhati-hati lantaran masyarakat Thaqif sangat fanatik pada berhala
yang diberi nama Lath. Rasul benar. Urwa mengajak masyarakatnya untuk salat,
namun mereka malah membalasnya dengan menghujani anak panah. Urwa wafat.
Menjelang menghembuskan nafas terakhirnya, Urwa sempat berkata:
"Kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, Kesaksian Tuhan telah
dilimpahkan kepadaku. Yang kualami ini sama dengan yang dialami para syuhada
yang berjuang di samping Rasulullah saw sebelum meninggalkan kita."
Pembunuhan terhadap Urwa justru meresahkan masyarakatnya sendiri. Mereka
menjadi merasa tidak aman. Hampir seluruh kabilah di sekeliling sekarang telah
mengikuti seruan Nabi Muhammad saw. Enam orang pemuka Thaqif kemudian menemui Nabi
Muhammad saw dengan sangat cemas. Mereka khawatir atas balasan pihak Islam.
Namun tidak. Nabi Muhammad saw memperlakukan mereka dengan baik.
Namun Nabi Muhammad saw tetap bersikap tegas terhadap tawaran yang
mereka ajukan. Nabi Muhammad saw menolak permintaan agar orang-orang Ta'if
dibolehkan untuk tidak menghancurkan patung Lath. Juga agar mereka dibebaskan
dari kewajiban salat. "Sungguh tidak ada kebaikan dalam agama bila tanpa
salat," kata Rasul. Satu-satunya permintaan yang dipenuhi hanyalah agar
Lath dihancurkan oleh orang lain, dan bukan oleh tangan orang-orang Ta'if
sendiri.
Abu Sufyan dan Mughira diminta Nabi Muhammad saw untuk melaksanakan
tugas itu. Para perempuan Thaqif menangis saat Lath dihancurkan. Seluruh
perhiasan yang menempel pada Lath diambil, dipakai untuk membayar utang Urwa
dan Aswad. Kini habislah kekuatan Arab yang memusuhi Islam.
Rasulullah terus bekerja untuk memantapkan keislaman masyarakat.
Saat ibadah haji tiba, Rasul juga tidak berangkat ke Mekah. Ia justru menugasi
Abu Bakar untuk memimpin 300 orang jamaah. Rombongan itu telah berangkat ketika
Rasulullah minta Ali bin Abu Thalib pergi menyusul. Ketika seluruh jamaah, baik
yang Islam maupun orang-orang yang masih jahiliyah yang datang dari seluruh
penjuru jazirah Arab, berkumpul di Mina, Ali pun berdiri untuk pidato.
Dibacakannya ayat-ayat Qur'an surat At-Taubah, dari ayat 1 hingga
36. Pada prinsipnya, Ali menekankan empat hal. Pertama, seorang kafir tidak
akan masuk surga. Kedua, setelah tahun itu "orang-orang musyrik"
tidak dibolehkan menunaikan ibadah haji. Ketiga, tak boleh lagi melakukan tawaf
dengan telanjang -sebuah praktek yang banyak terjadi sebelum masa Islam.
Keempat, ikatan perjanjian dengan Rasulullah terus berlaku. Penegasan Rasul
yang disampaikan Ali ini mengawali masa pengkhususan untuk memasuki Mekah
-apalagi wilayah ka'bah-hanya untuk orang Islam.
Sementara itu, di Madinah, kabilah demi kabilah mengirimkan
utusannya untuk menemui Nabi Muhammad saw. Tak pernah rasul menerima tamu
sebanyak pada tahun-tahun terakhir. Utusan-utusan tersebut seluruhnya
menyatakan bahwa kabilahnya telah menerima Islam sebagai agama yang utuh.
Haekal menyebut bahwa Ibnu Sa'ad telah menulis masalah perutusan ini secara
khusus dalam bukunya 'At-tabakatul Kubra'. Begitu banyaknya utusan tersebut,
sehingga Ibnu Sa'ad menghabiskan 50 halaman.
Namun, pada masa itu, Islam juga menghadapi tantangan baru. Yakni
semakin banyaknya orang-orang munafik. Pada tahun-tahun itu, mencuat nama
Musailama. Kemana-mana ia bahkan menyatakan diri sebagai Rasul. Ia mengarang
syair-syair yang didakwakannya sebagai wahyu Tuhan. Di masa sekarang, apalagi
abad-abad depan, Islam akan selalu berhadapan dengan Musailama-Musailama baru
yang lebih lihai yang juga menyebut diri "membawa kebenaran" .
sumber : www.pesantren.net
No comments:
Post a Comment