• Gambar ini diambil saat acara Walimatul Ursy Zuslam Sulthoni di Sidoharjo (19-Okt-2013)

  • Khataman penulisan Al-Qur'an Akbar di Wonosobo 2009

  • Live Perdana di daerah Boyolali (2012)

  • Masjid Agung Demak masuk dalam sejarah El-Musyaddad

  • Salah satu tempat kerajinan terbang di Demak

  • Penampilan perdana setelah resmi dengan "El-Musyaddad" Ramadhan 17, 1433 H

Friday, 15 November 2013

Fathu Makkah

Fathu Makkah

Tanpa terasa masyarakat Islam menguat dengan sangat cepat. Di utara, di antara Syria dan Irak sekarang, masyarakat berbondong-bondong mengikuti Islam. Hal demikian semakin memerosotkan wibawa pemerintahan Romawi yang berkuasa di wilayah itu. Di jazirah Arab, justru tinggal masyarakat Mekah dn sekitarnya yang masih memusuhi Islam.
Namun, perubahan keadaan berlangsung dengan sangat cepat. Tanpa diduga, pihak Quraisy melanggar perjanjian damai mereka dengan kaum Muslim. Bani Bakar yang berada di pihak Quraisy, tiba-tiba menyerang Bani Khuza'a yang menurut perjanjian Hudaibiya berada di pihak muslim. Beberapa orang Khuza'a tewas. Hal itu dilaporkan oleh pemuka masyarakat setempat, Budail anak Warqa pada Nabi Muhammad saw di Madinah.
Abu Sofyan berupaya mencegah keberangkatan Budail. Namun terlambat. Ia juga berusaha menemui Nabi Muhammad saw di Madinah. Tapi, tak satupun orang di Madinah bersedia membantu itu. Ummu Habibia, putri Abu Sofyan yang telah memeluk Islam, pun menolak mempertemukan ayahnya itu dengan Sang Rasul. Pulanglah Abu Sofyan.
Perjanjian Hudaibiya telah batal. Sekarang tak ada lagi larangan bagi Nabi Muhammad saw untuk mengerahkan pasukannya mengepung Mekah. Itulah yang dilakukannya. Pasukan muslim disiagakan untuk perjalanan tersebut. Di tengah jalan, berbagai kabilah bergabung dengan mereka. Termasuk kabilah-kabilah dari Ghatafan yang dulu bersama Quraisy hendak menggempur Madinah di Perang Khandaq. Diperkirakan jumlah pasukan itu mencapai 10 ribu orang.
Kaum Quraisy masih berdebat ketika rombongan Nabi Muhammad saw hampir mencapai Mekah. Tak ada informasi apapun atas gerakan pasukan itu. Seorang muslim Madinah, Hatib bin Abu Balta'a, sempat membocorkan rencana tersebut lantaran tidak tega membayangkan nasib yang akan ditanggung para saudaranya di Mekah. Namun Ali dan Zubair dapat mengejar Sarah, perempuan yang dititipi surat tersebut.
Di dekat Mekah, di Maraz Zahran, rombongan Nabi Muhammad saw berhenti. Di sana, beberapa orang kerabatnya dari Bani Hasyim, mendatangi Nabi Muhammad saw dan menyatakan diri masuk Islam. Paman Nabi Muhammad saw, Abbas bin Abdul Muthalib, juga datang untuk mencegah terjadinya banjir darah. Abbas sempat mondar-mandir di antara kedua kubu, sebelum kemudian memergoki Abu Sufyan bin Harb. Pemimpin tertinggi Quraisy itu lalu dibawanya pada Nabi Muhammad saw.
Malam itu Nabi Muhammad saw tidak menemui Abu Sufyan. Namun ia berpesan agar musuh besarnya tersebut dilindungi keselamatannya hingga pertemuan esok harinya. Dalam pertemuan itu, Nabi Muhammad saw berjanji untuk tidak memerangi Quraisy. "Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan, orang itu selamat. Barang Siapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat. Barangsiapa masuk ke dalam masjid (lingkungan ka'bah), orang itu selamat." Pada prinsipnya, siapa yang tidak mengangkat senjata pada kaum muslimin, mereka tidak akan diperangi.
Toh Nabi Muhammad saw tetap bersiaga seandainya pecah perang. Pasukan elit yang mengenakan pakaian serba hijau dan berbaju zirah telah mengelilingi Nabi Muhammad saw. Empat regu pasukan disiapkan. Masing-masing dipimpin oleh Khalid bin Walid, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Ubada serta Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka bersiap memasuki Mekah dari arah yang berbeda.
Sa'ad bin Ubada sempat berbuat keliru. Ketika memasuki Mekah, Sa'ad berteriak: "Hari ini adalah hari perang. Hari dibolehkannya segala yang terlarang..." Seruan yang bertolak belakang dengan janji Nabi Muhammad saw untuk memasuki Mekah secara damai. Nabi Muhammad saw segera merebut bendera komando dari tangan Sa'ad dan menyerahkannya pada Qais, anak Sa'ad yang sekalipun berbadan besar namun lembut hati.
Namun, dari arah belakang tiba-tiba pasukan Ikrima bin Abu Jahal tiba-tiba menyerang. Khalid menghadapi seranagn tersebut. Tiga belas orang Quraisy tewas, sisanya -termasuk Ikrima-melarikan diri. Sementara itu, di Mekah tak setetes pun darah mengalir karena serbuan kaum Muslimin. Nabi Muhammad saw masuk Mekah dari Bukit Hind, tak jauh dari makam Khadijah, istrinya. Ia berhenti sebentar di kemah lengkung yang ada di situ, dan melepas pandangan ke seluruh penjuru Mekah. Rasul pergi ke ka'bah, menyentuh hajar aswad dan mengelilingi ka'bah untuk bertawaf. Rasul juga meminta Utsman bin Talha untuk membuka pintu ka'bah. Di pintu itu ia berdiri dan berkhutbah di hadapan hadirin.
Rasul, dalam khutbahnya, mengutip Quran surat Al-Hujurat ayat tiga belas. "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antaramu menurut pandangan Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengerti."
Ketika orang Quraisy tengah menunggu-nunggu hukuman apa yang bakal dijatuhkan bagi mereka, Nabi Muhammad saw justru berkata: "Fadzhabu, faantumut-thulaqau". "Pergilah, kalian bebas sekarang." Tujuh belas orang tokoh yang dianggap paling makar telah dijatuhi hukuman mati. Namun mereka juga diampuni, termasuk Hindun, istri Abu Sufyan yang telah merobek dada serta memakan jantung Hamzah dalam perang Uhud. Hanya empat orang yang telanjur telah dieksekusi.
Nabi Muhammad saw kemudian meminta orang-orang untuk menyingkirkan patung-patung di sekitar ka'bah. Setelah itu, Bilal menyeru azan lima kali dalam sehari. Sejak itulah azan tak pernah berhenti berkumandang dari tempat yang kini menjadi Masjidil Haram di Mekah itu, sampai sekarang.

sumber : www.pesantren.net       

 

No comments:

Post a Comment