Adab Tilawah (Membaca) Al-Quran
"Barangsiapa membaca satu huruf dari
Al-Qur'an maka baginya sepuluh kebaikan. Sedangkan satu kebaikan itu dilipat
gandakan hingga sepuluh kali. saya tidak mengatakan alif laam mim itu satu
huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim juga satu
huruf," (HR. Tirmidzi). Itu baru satu kata, lalu bagaimana kalau kita
membaca satu juz atau lebih setiap malamnya?
Tentu sudah tak terhitung berapa banyak pahala
yang mengalir ke catatan amal kita tanpa kita sadari. Belum lagi kalau saat itu
bertepatan dengan malam lailatul qadar. Berarti apa yang kita lakukan pada saat
itu sama dengan pahala yang kita peroleh ketika membaca Al-Qur'an selama 83
tahun lebih tanpa henti. Subhanallah. Dan, untuk menyambut datangnya bulan ini,
seyogyanya kita memahami adab tilawah, adab membaca Al-Qur'an. Sehingga apa
yang kita rencanakan sejak jauh-jauh hari itu bisa tercapai dengan baik.
1 . Membaca dalam
keadaan suci dari hadats, menghadap qiblat dan duduk dengan baik
Al-Qur'an bukanlah
seperti buku biasa, atau seperti surat kabar harian yang boleh dibaca di mana
saja serta dalam keadaan apa pun. Tidak. Al-Qur'an jelas sangat berbeda dengan
semua itu. Al-Qur'an merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala sumber hukum.
Kitab suci yang terbebas dari perubahan hingga akhir zaman. Sehingga sudah
sangat wajar bila kita harus memperlakukannya dengan khusus pula. Didahului
dengan berwudlu, sebagai wujud pensucian diri. Lalu dilanjutkan dengan
mengambil dan membawanya dengan tangan kanan, sebagai lam bang kebaikan,
selanjutnya duduk dengan tenang dan siap untuk membacanya. Demikianlah yang
harus dilakukan sebelum membacanya, sehingga Allah berfirman: "Tidak'
menyentuhnya kecuali hambahamba yang disucikan". (Al-Waqiah: 79).
2. Membaca dengan
tartil (perlahan-lahan)
Seringkali kita
mendengar seseorang membaca Al-Qur'an dengan sangat cepat dan terburu-buru. Ia
seperti orang yang sedang dikejar hantu. Atau bisa jadi kita juga terpancing
untuk membacanya dengan cepat, agar lebih cepat selesai. Padahal membaca dengan
cara seperti ini tentu sangat sulit menempatkan huruf pada makhraj yang benar.
Terlebih lagi, pandangan mata kita kurang bisa terfokus dengan baik. Akibatnya,
kesalahan demi kesalahan akan terus terulang tanpa kita sadari. Kata
"Rahiim" yang berarti "Maha Penyayang" misalnya.
Bila mata kita
melihat dengan cepat, bisa jadi lidah kita akan keseleo dan akhirnya membaca
"Rajiim" yang bermakna "Yang dimurkai", ini kelihatannya
sepele, tetapi sebenarnya suatu kesalahan yang sangat fatal karena arti kedua
kalimat itu sangat bertolak belakang. Bayangkan, bila kesalahan itu terjadi
pada lafadz basmalah, tentu hal ini sangat fatal. Karena itu, Allah berfirman:
"Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS. Al-Muzammil:
4).
3. Membacanya
dengan khusyu.
Tampakkan kesedihan
bila membaca ayat yang menunjukkan ancaman dan siksa. Dan, berseriserilah bila
mendengar berita gembira. Itulah nasehat Rasulullah kepada sahabat dan seluruh
umat Islam. Sehingga tidak jarang kita menemukan ulama yang menangis
tersedu-sedu. "Bacalah AIQur'an dan menangislah karenanya. Bila kalian
tidak bisa menangis maka berpura-puralah untuk menangis." (HR. Bukhari dan
Muslim). Berpura-pura menangis ini dilakukan ketika membaca Al-Quran send
irian. Sedang tidak bersama orang lain. Agar keikhlasan tetap terjaga.
Lihatlah! betapa tubuh seorang sahabat yang bernama Uwais al-Qarni menggigil
hebat, lalu terjatuh dan pingsan cukup lama setelah membaca membaca firman
Allah: "Ha mim. Oemi kitab yang menjelaskan, sesungguhnya kami
menurunkannya pada suatu motam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang
memberi peringatan.
Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." Dia membacanya hingga
"Kecuali orang-orang yang diberi rahmat Allah. Sesungguhnya Oialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. " (QS. Ad-Dukhan: 1-100).
4. Membacanya
dengan suara yang enak didengar.
Bersyukur kepada
Allah, bila dikaruniai suara yang merdu dan enak didengar adalah suatu
keharusan. Caranya, dengan memanfaatkan kemerduan suara itu untuk membaca
Al-Qur'an. Sehingga orang yang mendengar keindahan suara kita semakin tertarik
dan ingin belajar membaca Al-Qur'an. Rasulullah SAW bersabda, "Hiasilah
Al-Qur'an dengan suara kalian." (HR. Bukhari). Tapi bila merasa khawatir
akan ria atau sumah, maka bacalah Al-Qur'an dengan suara yang cukup didengar
sendiri. "Orang yang membaca Al-Qur 'an dengan keras bagaikan orang yang
bershadaqah dengan terang-terangan." (HR. Turmudzi).
5. Membaca dengan
tadabur disertai dengan kehadiran hati untuk memahami arti dan rahasianya.
Hal ini sudah sangat jelas dan tidak perlu dibahas lebih jauh bahwaAl-Qur'an bukanlah kitab biasa yang hanya dibaca sambil lalu, tapi ia adalah pedoman hidup yang harus dihayati, bukan sekadar dibaca tanpa tahu makna dan maksudnya. Allah berfirman: 'Apakah mereka tidak merenungkan AI Qur'an." (QS. An-Nisa: 82) Sangat banyak yang bisa direnungkan. Bahkan diri kita juga menjadi obyek perenungan. Misalnya, bersyukurlah karena hidung kita tidak menghadap ke atas, karena kalau itu yang terjadi tentu air akan akan masuk ke dalam hidung setiap kali kita kehujanan atau mandi. Ini adalah contoh yang simpel dari sekian banyak obyek perenungan lainnya "Don (juga) pada dirimu sendiri Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" (Adz-Dzariyat: 21)
6. Bukan menjadi orang yang tidak menghiraukan apa yang dibaca.
Bersikap apatis dan
acuh terhadap apa yang dibaca, tentu bukan sikap yang terpuji. Karena bisa
jadi, saat itu kita melaknat diri sendiri. Memang, demikianlah akibatnya bila
tingkah laku kita bertentangan dengan apa yang dibaca. "lngatlah! Kutukan
Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dzalim." (QS. Huud: 18) Dengan
demikian tidak ada pilihan lain, belajar bahasa arab merupakan solusi terbaik
sehingga kita bisa memahami arti sekaligus penafsiran ulama. Atau
setidak-tidaknya merujuk kembali kepada tejemah Al-Qur'an. Di dalam Taurat
disebutkan, "Mengapa kamu tidak malu kepada-Ku? Ketika kamu mendapat
kiriman surat dari seorang teman, kamu berhenti sejenak dan menyempatkan diri
membacanya, huruf demi huruf. Agar kamu bisa memahaminya dengan baik dan tidak
ada yang terlewatkan. Dan, inilah kitab yang Aku turunkan kepadamu. Perhatikan!
Bagaimana Aku menjelaskan setiap permasalahan dengan terperinci. Dan
perhatikan! betapa sering Aku mengulanginya sehingga kamu bisa merenungkannya.
Tapi lihatlah! Apa yang kamu lakukan, kamu pun berpaling darinya. Sehingga Aku
menjadi kurang bermakna bagimu dibandingkan dengan temanmu.
Wahai hamba-Ku! Bila
datang seorang teman mengunjungimu, kamu pun menyambutnya dengan hangat. Kamu
memperhatikan dan mendengarkannya dengan seksama. Bila ada orang yang
mengganggu pembicaraanmu, kamu pun segera menyuruhnya untuk diam. Dan, inilah
sekarangAku datang kepadamu, ingin berbicara denganmu. Tapi apa yang terjadi?
Kamu pun berpaling dariku. Mengapa kamu menjadikan Aku lebih tidak bermakna
dari seorang temanmu?" Demikianlah beberapa hal yang harus diperhatikan
ketika membaca Al-Qur'an, sehingga kita "" tidak membacanya semau
kita tanpa memperhatikan situasi dan kondisi. Ini semua agar tilawah kita lebih
bermakna dan benar benar beda.
saksi-online
No comments:
Post a Comment